host

Jumat, 03 Januari 2014

teknik benih:

PENDAHULUAN
1.    Latar belakang
Benih merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan budidaya berbagai tanaman pertanian, termasuk tanaman perkebunan seperti kakao, jambu mete, kemiri dll. Sebagai bahan perbanyakan tanaman benih harus memiliki mutu yang tinggi dari segi genetik, morfologi maupun fisiologi agar dapat menghasilkan tanaman yang tumbuh optimal. Perlakuan dalam penyimpanan berpengaruh untuk mempertahankan mutu benih sampai benih siap dibudidayakan.
Faktor keberhasilan dari kualitas benih yaitu tingkat kemasakan buah untuk dijadikan ekstraksi benih. Pada waktu pemanenan buah harus diperhatikan mengenai umur tanaman untuk buah siap dipanen. Buah dengan tingkat kemasakan yang terlalu muda akan mengakibakan sukar berkecambah namun vigor benih yang rendah dan hasil tanaman yang pendek karena pembantukan membrane selnya yang belum sempurna sedangkan benih yang lewat masak fisiolgis akan mengalami kebocoran metabolic yang lebih besar . Menurut Mimicipic (1988) mengatakan bahwa tingkat kemasakan benih ketika dipanen akan mempengaruhi terhadap vigor dan daya simpan benih.
Buah tomat dari kenampakan buah dapat dilihat tinngkat kemasakan benihnya yaitu buah dengan warna kulit hijau adalah buah yang masih muda, buah tesebut tidak baik intuk dijadikan sebagai calon benih. Buah matang fisiologis yaiu dapat dilihat dengan warna buah yang merah cerah namun tidah terlalu mencolok, buah tersebut baik untuk dijadikan calon benih.
2.    Tujuan Praktikum
Mahasiswa mampu mengetahui mengenai tngkat kemasakan buah untuk dijadikan benih dan pengaruhnya terhadap mutu benih.


METODOLOGI
1.       Tempat dan Waktu
Pada praktikum pengaruh kematangan buah tomat cerry ini dilaksanakan pada hari senin tanggal 18 November2013 di laboratorium teknik produksi benih Politeknik Negeri Jember.
2.    Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunnakan untuk praktikum pengaruh kematangan tomat cerry yaitu  buah tomat dengan tiga tingkat kematangan(muda, masak, dan lewat masak), wadah plastic, tisu, abu gosok dan cawan petri. 
3.    Prosedur kerja
·         Belah buah tomat menjadi dua bagian
·         Pisahan biji tomat dengan daging buah
·         Bersihkan benih dari lender yang menempel pada kulit benih dengan cara menggosokan abu gosok dan bilas dengan air
·         Setelah bersi dari lender yang menepel, letakan benih pada wdah plastic yang sebelumnya diberi tisu basah
·         Tutup dan beri label pada masing-masing cawan
·         Lakukan pengamatan DB setelah dicapai FDC-LDC


                                                                                                             





HASIL DAN PEMBAHASAN
1.    Hasil
tingkat kematangan
ulangan
Viabilitas

First Count
Final Count
DK(%)
rata-rata(%)
N
N
AB
STT
M
Total
Belum Masak
1
2
0
0
28
0
30
6.67
5.56
2
1
1
0
28
0
30
6.67
3
0
0
0
30
0
30
0.00
4
2
0
0
28
0
30
6.67
5
2
0
0
28
0
30
6.67
6
0
2
0
28
0
30
6.67
Masak Fisioogi
1
0
2
0
28
0
30
6.67
6.11
2
1
1
0
28
0
30
6.67
3
0
0
0
30
0
30
0.00
4
2
0
0
28
0
30
6.67
5
0
2
0
28
0
30
6.67
6
1
2
0
27
0
30
10.00
Lewat Masak Fisiologi
1
3
1
0
26
0
30
13.33
12.78
2
4
1
0
25
0
30
16.67
3
3
0
0
27
0
30
10.00
4
5
0
0
25
0
30
16.67
5
5
1
0
24
0
30
20.00
6
0
0
0
30
0
30
0.00


Diagram daya kecambah tomat yang berbeda tingkat kemasakannnya
2.    Pembahasan  
Data di atas merupakan hasil dari pengamatan uji daya kecambah benih tomat yang baru diekstraksi dan dikeringkan. Benih tomat diekstraksi dari tiap perlakuan yaitu dikelompokan menjadi  tomat muda, tomat masak fisiologi dan lewat masak fisiologi. Dari kegiatan ekstrasi biji dipisahkan dari buahnya dan lender dengan tambahann kapur tohor untuk lebih mudah memisahkan lendirnya. Setelah bersih benih dikeringanginkan kemudian dikecambahkan untuk mengetahui daya kecambahnya.
Setelah dikecabahkan memperoleh data seperti data diatas. Ternyata daya kecambah dari tiap perlakuan memiliki perbedaan yang sangat jelas terlihat bahwasannya benih tomat muda lebih sedikit berkecambah dibandingkan dengan tomat yang masak fisiologi dan lewat masak yaitu 5,56% ;6,11%;12,78%.
Menurut Mimicipic,1988 bahwa tingkat kemasakan benih ketika dipanen mempenaruhi daya berkecambah. Benih yang terlalu muda akan sulit berkecambah dan vigornya rendah dan jika benih dengan umur panen yang terlalu tua akan menyebabkan kebocoran metabolic yang lebih besar.
Seperti data juga menyatakan demikian dilihat dari kecambah benih muda yang hanya memilii daya kecambah 5,56% dibandingkan dengan yang masak fisiologis. Hal itu dikarenakan benih yang muda umur panennya masih belum sempurnanya pembentukan membrane sel untuk beregenerasi.
Data di atas dari ketiga perlakuan memiliki daya kecambah yang sangat kecil. Hal itu dikarenakan pada saat uji kecambah benih yang dikeambahkan langsug dari hasil ekstraksi dan tanpa disimpan terlebih dahulu. Benih tomat memiliki masa dormansi untuk berkecambah sehingga perlu masa dimana benih tersebut disimpan terlebih dahulu unntuk di kecambahkan. Dilihat dari struktur kuli benih tomat yang memiliki bulu yang dapat menghambat terjadinya imbibisi untuk melakukan metaolisme dalam jaringan benih.


KESIMPULAN
Benih yang masih muda sangat sulit untuk berkecambah dan vigornya sangat rendah. Benih tomat memiliki masa dormansi sebelum benih siap untuk berkecambah dan kulit yang berbulu sehingga sulit unntuk berkecambah.